Jihad saat ini diidentikkan dengan kata "terorisme", padahal jihad pada dasarnya memiliki definisi awal, yakni bersungguh-sungguh. Bersungguh-sungguh dalam melakukan segala hal, karena pada hakekatnya semua yang kita lakukan adalah Jihad. Semua yang kita lakukan saat ini membutuhkan kesungguhan dan keseriusan. Itulah hakekat kehidupan.
Bersungguh-sungguh menegakkan kebenaran merupakan bentuk "jihad" yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Betapa berdarah-darahnya perjuangan beliau dalam menegakkan panji Islam di tanah Mekah, Madinah, dan belahan bumi lainnya.
Sekarang, mari kita tengok tetangga kita, saudara kita. Akankah kita diam saja ketika kebatilan merajalela?
"Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah ia (air) di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasaan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti (buih arus) itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang yang benar dan batil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada gunanya; tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada di bumii. Demikianlah Allah membuat perumpamaan."
Q.S. Ar-Ra'd : 17
Kebenaran senantiasa akan tetap ditegakkan, dengan ataupun tanpa kita.
Maka sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Manusia sendirilah yang kini akan menjadi penentu. Akankah ia menjadi seorang penyeru kebenaran atau ia menjadi seorang yang diibaratkan seperti buih? banyak dan terhempas.
Dunia sudah sampai mungkin, pada titik porosnya. Membengkak. Bernanah, karena terlalu banyak kemudharatan di bola berputar ini. Manusia lupa titik kenapa ia diciptakan. Manusia menjadi penyembah dirinya sendiri. Menjadikan diri-dirinnya sebagai berhala baru, karena kebanyakan manusia kini mencintai dirinya sendiri melebihi cintanya pada Sang Maha Pencipta. Lalu mari kita tanya, "Kemanakah larinya para penyeru kebenaran?"
Sungguh dunia ini membutuhkan tanganmu, pemikiranmu. Wahai penyeru kemana kamu?
Tidakkah kau lihat, para remaja merindukan senandung tilawahmu dalam lubuk hati mereeka. Para orangtua itu lupa kemana harus kembali, mereka merindukan nama mereka tersebut dalam doa-doamu. Karena mereka yakin, Kita masih ada!
Masih ada segelintir orang yang memikirkan hidup saudaranya melebihi terpenuhinya kebutuhan dirinya sendiri. Dan orang itu adalah kamu! Para penyandang gelar syurga. Gelar yang mempopulerkanmu seantero jagat langit. Lebih dari gelar duniawi yang tersandang bersandingan dengan namamu. Dan kau lah, pemilik nama-nama yang ketika disebutkan menggetarkan plar-pilar langit.
Rasulullah Bersabda, "Barangsiapa meminta kesyahidan dengan hati yang jujur, maka Allah akan menyampaikannya pada derajat syuhada. Meskipun meninggal ketika berada di atas tempat tidur."
H.R. Bukhari Muslim
~SEMANGAT BERSUNGGUH-SUNGGUH~
Jumat, 17 Juni 2011
Selasa, 19 April 2011
muzammil
"Wahai orang-orang berselimut (Muhammad)! Bangunlah untuk shalat pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (Yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan..."
bangkit dan songsong perubahan!
menjauhlah dari kenyamanan (selimut)!
karena perjalanan dakwah sungguh pahit dan melelahkan,...
tapi janji MU amat nyata,,,
T.Q.S Al Muzammil : 1 - 4
menjauhlah dari kenyamanan (selimut)!
karena perjalanan dakwah sungguh pahit dan melelahkan,...
tapi janji MU amat nyata,,,
Minggu, 03 April 2011
Membeli Mimpi
"Jika saya bermimpi ketika tertidur, maka yang saya lakukan ketika bangun bukanlah marah dan melanjutkan tidur, melainkan bangun dan menjadikan mimpi itu sebagai sebuah kenyataan."
Annggun C. Sasmy
Prinsip di atas selalu saya jadikan pijakan ketika melangkahkan kaki keluar dari titik kenyamanan, yang saya sebut : RUMAH. Rumah yang selalu jadi tempat yang nyaman. Tempat yang paling membuat kita enggan untuk beranjak ke dunia luar.
Rumah memang tempat kita merajut mimpi. Bukan merajut realita. Tapi saya bukan mengajarkan untuk tidak mencintai rumah. Tidak sama sekali. Rumah tempat berlindung ketika terjadi serangan. Tapi rumah bukan tempat yang tepat untuk mewujudkan mimpi!. karena banyak yang bermimpi, tapi menjadikannya hanya sekedar angan, bukan petualangan.
Seseorang yang menjadikan mimpinya sebagai sebuah petualangan akan senantiasa berjuang dan berlari. Karena mimpi adalah layang-layang yang terbang di awan. Harus dikejar, jika putus diterjang mimpi-mimpi yang lain. Tidak akan pernahh ada orang yang mampu mengejar layang-layang putus dengan langkah yang pelan. Ia harus dikejar dengan langkah yang cepat, tepat, dan pasti. Karena begitu banyak orang-orang yang memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpi yang sama! dan mimpi itu ternyata adalah layang-layang milikmu!.
Semua orang punya kemauan, kesempatan, keberanian untuk bermimpi. Semua orang pun punyapeluang, kompetensi, dan kesempatan untuk mewujudkan mimpi-mimpinya, namun tak semua orang punya kemauan dan keberanian untuk mewujudkan mimpinya. Kebanyakan orang menginginkan mimpinya seperti Cinderella yang dalam sekejap diwujudkan oleh pangeran. Atau menginginkan mimpinya terwujud seperti menemukan lampu aladin?! Haduh, bangun kawan! Ini bukan negeri kayangan! Jika belum mau sadar, cipratkan wajahmu dengan air! Bangun!
Beginilah Indonesia kawan atau mungkin kita,
begitu banyak mimpi dan target yang kita buat, tetapi begitu banyak pula mimpi dan target yang hanya jadi angan dan penyesalan yang tentu bukan datang di awal.
Mudah menerbangkan layang-layang, tapi apa kita mampu mempertahankan agar layang-layang itu untuk tidak jatuh, itu yang tidak mudah. Begitu pula bermimpi. Mudah bermimpi, tapi apakah kita mampu mewujudkan mimpi?
Tapi bermimpilah sebanyak-banyaknya, karena dari mimpi, Soekarno bisa menjadi Presiden RI.Lewat mimpi, Andrea Hirata bisa keliling dunia...
Mimpi butuh pasangan. Jika layang-layang putus butuh lari untuk mengejarnya. Maka, beginilah mimpi kita, yang butuh perjuangan dan kelelahan.
Nikmatilah moment lari ini, karena mungkin kau akan dapat layang-layang emas itu di balik gang yang paling sempit dan bau.
Nikmatilah. Jual Beli Mimpi
cukup ALLAH saja
arsy.2 april 2011
Allah itu Maha Pencemburu,
Betapa Allah sedih ketika melihat Jepang lebih mencintai teknologi
ketimbang melihat bahwa ada 'Zat' yang membantu mereka menciptakan teknologi
Allah jadi cemburu,
Allah itu Maha Pencemburu,
Ketika menengok serambi Mekah yang lupa
kalau ada Ia di balik keistimewaannya
Tuh kan, Allah jadi cemburu
Allah itu Maha Pencemburu,
melihat kita yang asyik dengan rutinitas duniawi
menelepon pun hanya 5 menit 5 menit
padahal Allah mau berlama-lama
Allah itu Maha Pencemburu,
Ruang untukNya di hatimu terbagi-bagi
untuk dia, dia, dia, dia..
Allah dapat di tempat paling ujung, yang sempit.
Allah diam saja,
Allah tak pernah protes
Allah rindu,
rindu kamu,
rindu tangisanmu,
rindu rintihan kesusahanmu,
tapi kamu punya yang lain,
yang lebih menarik
yang lebih nyata
yang lebih konkret
Allah tidak bisa sms mesra
tapi dia bisa
maka kamu pilih dia
padahal Allah meneleponmu 5 kali, bahkan lebih
tapi kamu nggak pernah angkat
Allah tak bisa membelaimu
tapi dia bisa
maka kamu pilih dia
padahal Allah menciummu
lewat nafas yang mengalir di tenggorokan dan hidung, bahkan membelaimu hingga paru-paru
tapi kamu tak pernah tau
Allah rindu,
tangisanmu karena rindu kepadaNya
tangisanmu karena takut Ia melupakanmu
tangisanmu karena mengharapkan ampunan dan cinta Nya
tangisanmu berubah,
tangisanmu lebih sering untuk ujian sekolah,
untuk lulus tepat waktu,
untuk dunia...
Seharusnya?
Bukankah Tanah ini yang seharusnya merindukan Allah?
Mencintai seseorang(sesuatu) secara berlebihan akan memberikan kesakitan yang setimpal,
tapi tidak jika Cinta Kepada-Nya..
Back to Fitri, luruskan niat..
Wallahu'alam Bishowab
Langganan:
Postingan (Atom)